Selasa, 06 Januari 2009

Keutamaan Puasa Tasu’a dan ‘Asyura [9 & 10 Muharram]



Bismillah…
Hari ‘Asyura di depan mata. Siapkan ilmu untuk mengahadapinya. Jangan seperti Syiah Rafidhah atau Sufiyah! Jadilah Anda seorang muslim pejuang sunnah an-nabawiyah. Selamat menyimak, semoga Allah mudahkan kita tuk mengamalkannya…
Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadits yang Pertama

عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ

Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits yang Kedua

عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Hadits yang Ketiga

وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ
.
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.
Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.
Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)
CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:

صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -

“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:

“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .

“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.

لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-

“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))
[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)
[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,

صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .

“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)
[4] (lihat no. 3)
[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,

والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.

Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)
Wallaahu a’lam.

Posted by: Januari 3, 2009
In: Al-Quran Al-Karim

Senin, 05 Januari 2009

Agar Mudah Dicintai


Orang yang dicintai adalah pribadi yang disenangi, dirindukan, dan membuat orang lain
bahagia saat berada di dekatnya. Sifat-sifat baik ini akan membuat orang lain menyayangi
Anda.

Positif
Dalam buku fenomenal The Secret, Rhonda Byrne menyatakan bahwa segala hal baik berawal dari sikap positif. Mulai dari berprasangka baik kepada orang lain hingga selalu melihat berbagai hal dari sisi positifnya. Sikap positif tersebut akan memancar bagai daya tarik magnet dan menarik orang-orang di sekeliling Anda untuk mendekat.

Ceria
Berada di dekat orang yang memiliki sifat periang bisa membuat kita melupakan sejenak beban masalah yang sedang mendera. Tak heran, di berbagai pesta dan ajang kumpul-kumpul, kehadiran si penceria suasana pasti selalu dinanti. Cari saja orang yang paling
sering tertawa dan melontarkan joke segar bagi orang-orang di sekelilingnya. Tahukah Anda kala tersenyum, tubuh memproduksi hormon yang bisa membuat perasaan senang.
Jadi, rajin-rajinlah tersenyum untuk memunculkan perasaan ceria.

Ramah
Sikap ramah adalah lawannya jutek. Ketika bertemu dengan orang-orang baru, mereka yang memiliki pembawaan ramah tak akan ragu untuk tersenyum ataupun menyapa. Sikap ramah bisa mendatangkan kesan positif karena akan membuat orang yang berhadapan
dengan Anda merasa diterima dan dihargai. Jangan ragu untuk mengawali interaksi dengan orang lain. Mulailah berlatih dengan mempersering frekuensi berbicara langsung ataupun lewat telepon dengan orang lain.

Ringan Tangan
A friend in need is a friend indeed, kualitas seorang teman salah satunya bisa dinilai dari kehadiran dalam kondisi sulit serta kesediaan untuk membantu. Mulai dari bantuan kecil semacam menitipkan salam kepada si ganteng di divisi sebelah, sampai pertolongan besar seperti mengurus persiapan pesta pernikahan. Jangan tunggu diminta untuk mengulurkan tangan kepada orang yang membutuhkan. Jika berada dalam posisi tersebut, Anda tentu senang kalau ada yang menawarkan bantuan.

Rendah Hati
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahan hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi, makin menunduk.

Percaya Diri
Orang yang punya percaya diri tinggi biasanya selalu merasa nyaman dan tak pernah merasa terancam dengan situasi atau orang-orang di sekitarnya. Makanya, aura tenang akan terpancar dari dirinya sehingga mampu menarik perhatian sekeliling. Di dunia ini tak satu orang pun yang memiliki sifat serupa dengan yang lain. Jadi, jangan ragu untuk
menampilkan keunikan diri Anda, selama itu tidak sampai merugikan orang lain.

Pemaaf
Dendam dan iri hati adalah salah satu ciri penyakit hati kronis yang paling sering datang menyerang. Selain mencemari hubungan, penyakit ini juga bisa membuat perasaan Anda tidak nyaman. Karenanya, seseorang yang lapang hati akan selalu merasa bahagia. Mereka
pun dicintai orang lain karena menularkan kebahagiaan tersebut ke sekelilingnya. To forgive is to forget. Jangan hanya mengangguk ketika menerima permintaan maaf dari orang lain. Yang lebih penting, Anda menghapus kesalahan tersebut dari benak dan hati.

Jujur
Kata orang, harga kejujuran lebih mahal daripada emas. Coba bayangkan bila Anda punya teman yang hobi bohong. Selain bisa bikin salah paham, kebohongan juga amat bisa merugikan orang lain. Ingat para koruptor yang telah mengambil uang negara, kan?
Makanya, jangan heran bila orang jujur dicintai semua orang. Biasakan berkata dan berlaku jujur dalam berbagai kesempatan. Orang lain mungkin mudah dikibuli, tapi Anda tak mungkin bisa membohongi diri sendiri, bukan?

Pemberani
Orang pemberani adalah mereka yang tidak takut menyuarakan isi hatinya. Mereka juga tidak gentar mengambil posisi sebagai minoritas, asalkan hal itu sesuai dengan prinsipnya. Biasanya, mereka yang memiliki sifat seperti ini paling sering menjadi sumber
inspirasi bagi orang lain untuk berani tampil beda. Jadi jangan pernah takut berbicara karena tak ingin menjadi berbeda.

Adil
Sikap adil berarti tidak pandang bulu dan pantang membeda-bedakan orang lain berdasarkan kategori apa pun. Orang macam ini tak pandang status dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Bos seperti ini juga dicintai anak buah karena tidak pilih kasih dalam menilai bawahan. Tak heran bila banyak orang merasa nyaman berada di dekatnya. Untuk
bisa bersikap adil, belajarlah mengamati peristiwa dari berbagai sudut pandang. Dengan begitu, penilaian Anda tidak akan condong pada satu sisi saja.