Selasa, 23 Februari 2010

Melatiku


Biarkan kegelapan membelai dedaunan sukmaku. Menghampiriku dengan hembusan bayu lembut seraya berkata “Apa kabarmu malam ini? ”

Lembut sapa hembusan bayu di terpa rintik air jatuh perlahan. Membasahi bumi dan seluruh alam ciptaan ALLAH. Melatiku mulai terlelap di buaian sukma.

Apakah engkau baik-baik saja Melatiku? Apakah engkau mengerti bahwa dunia memang tak ramah padamu?

Selamat malam Melatiku, tidurlah di jemari hariku. Semoga kita besok terbangun dalam nikmat yang tidak akan pernah kita sia-siakan lagi.

Muhasabah (Introspeksi)


Ini merupakan renungan untukku, kamu dan semuanya. Semoga kita masih bisa selalu saling mengingatkan.

Apa yang membuatmu kagum pada seseorang? Karena kepribadiannya yang engkau lihat bagus? Kata-katanya begitu membuatmu takjub? Atau karena dia begitu baik, ramah dan mudah berteman? Pujian begitu banyak berdatangan, membahana di angkasa melebihi kepada Rabbmu sendiri.
Astaqfirullahal'aziim.

Tapi kemudian engkau tiba-tiba menjauhinya, mencacinya, memakinya, mengatakan bahwa dia bukanlah orang yang baik, dia pantas untuk di musuhi dan di benci.


Hei!! Kemana semua pujianmu itu? Kemana semua sanjunganmu itu? Apakah engkau lupa mengapa engkau kagum? Mengapa engkau begitu? Tapi engkaupun ragu menjawabnya.

Sekarang engkau tak lagi berikan pujian dan sanjungan itu. Tahukah engkau, ketika engkau memuji seseorang dengan begitu dahsyatnya engkau telah menghamba padanya? Karena hanya ALLAH yang pantas untuk di puji.

Tahukah engkau bahwa “Cintailah sesuatu sekedarnya karena bisa jadi suatu saat akan menjadi musuhmu. Dan bencilah sesuatu sekedarnya karena bisa jadi suatu saat akan jadi sahabatmu.”

Sekarang, coba engkau pikirkan lagi kenapa engkau begitu kagum padanya dan kemudian menjauhinya? Tahukah engkau bahwa “Cintailah seseorang karena ALLAH dan bencilah seseorang karena ALLAH.”


Apakah yang engkau benci itu dia orangnya syirik? Atau dia melakukan perbuatan yang di larang agama Islam? Jika tidak, lalu mengapa engkau menjauhi, membencinya setelah pujian yang membahana itu?

Wahai yang mempunyai hati dan pikiran. Apakah engkau mengira engkau sebaik itu yang tidak pernah berbuat salah? Apakah engkau sudah merasa menjadi orang yang benar tidak pernah melakukan suatu kesalahan? ALLAH saja Maha Pemaaf dan mengapa kita tidak? Hei!! Kemana hati nuranimu?

Seorang ulama kontemporer mengatakan, “Kepada orang-orang yang sangat sensitif terhadap kritikan agar mereka menuai apa saja yang dingin dalam syarafnya pada saat menghadapi kritikan yang pedas dan menyengat.” Dikatakan, sungguh hebat ALLAH menempatkan kedengkian itu, IA sungguh adil. Berawal dari pertemanan, lalu membunuhnya. Na'uzubillahimindzalik.

Wallahu'alam bishawab.