Sabtu, 07 Mei 2011

Cinta Bertabur Di Langit Mekkah


Rhada mengabarkan kepergiannya ke Tanah Suci pada Osman. Baginya Osman masih sangat berarti karena hatinya pernah terpenjara selama 14 tahun di balik jeruji pesona Osman, namun beberapa bulan menjelang keberangkatannya, dia yakin telah membebaskan hatinya dari Osman.

Di tanah suci Rhada bertemu dengan seorang lelaki yang sering membantunya di kala Rhada kesusahan yang bernama Yusuf. Dia seorang pengusaha sukses asal Jakarta. Rhada akui bahwa hatinya menyukai Yusuf. Dan kedua orangtuanya pun terkesan dengan sikap Yusuf yang selalu menolong rombongan haji asal Indonesia yang kesusahan.Saat sedang berjalan-jalan di pasar bersama kedua orangtuanya, ada sebuah suara yang tak jauh dari samping Rhada memanggilnya. Rhada menoleh ke kanan dan kedua orangtua Rhada ikut berhenti. Wajah gadis itu langsung terkejut karena melihat sosok seseorang yang berasal dari masa lalunya. Dia adalah Rudi, teman Rhada semasa duduk di bangku SMA. Mereka tidak pernah sekelas, tetapi ada kisah yang membuat gadis itu mengenal Rudi, dan untuk seumur hidupnya tak akan pernah melupakan lelaki tersebut.

Rhada tak pernah tahu siapa Rudi selama 2 tahun pertamanya di SMA. Namun saat Rudi menyatakan cinta kepadanya Rhada tak bisa melupakan sosok lelaki itu. Dan Rhada pun tak pernah menjawab pernyataan cinta dari Rudi.Awal pertemuan Rhada dengan Rudi di Mekkah hanya diisi dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Namun setelah seringnya mereka berjumpa di Mekkah, Rudi menagih kembali jawaban Rhada atas pernyataan cintanya dan mengajak Rhada untuk menikah.Rhada sempat bingung, tapi akhirnya dia yakin bahwa Rudi bukanlah pengisi hatinya. Walaupun Rhada terpesona dengan sosok Rudi yang sekarang karena Rudi terlihat lebih islami, Rhada menolak Rudi dengan halus.Rhada berdo’a semoga Rudi bisa menerima jawabannya dengan ikhlas dan mendapatkan sosok pengganti Rhada yang lebih cocok untuk Rudi.


Do’a Rhada nyatanya didengar Allah, tak berapa lama ketua rombongan haji yang diikuti Rhada mengumumkan bahwa Rudi akan melangsungkan pernikahan dengan Mutia. Mutia adalah teman sekamar Rhada selama di Mekkah, namun tampaknya Mutia sungkan untuk bercerita pada Rhada bahwa mereka akan menikah. Langsung saja Rhada memberikan ucapan selamat pada Mutia dan merasa senang karena akhirnya Rudi bisa menemukan perempuan pengganti dirinya.Serangkaian ibadah haji Rhada di Mekkah belum selesai. Kali ini dia berada di Mudzalifah untuk melempar jumrah malam nanti. Itu artinya esok hari adalah lebaran Idul Adha. Agaknya, itu juga yang membuat telepon genggam Rhada tak berhenti berbunyi, selain SMS mengucapkan selamat menyambut lebaran haji, juga ada telepon dari Desi, teman satu kantor Rhada dulu.Desi mengabarkan bahwa Hendar, teman satu kantor Rhada dan Desi dulu ingin mengajak Rhada menikah. Namun Desi mengatakan pada Hendar bahwa Rhada tidak menyukainya, melainkan Rhada menyukai Osman.Hendar yang keras kepala itu tidak mau menyerah, dia segera mencari nomor ponsel Osman dengan cara apapun. Setelah dia mendapatkan nomor ponsel Osman, dia menyuruh Osman untuk tidak mengganggu Rhada lagi. Hendar pun mengaku-ngaku sebagai tunangan Rhada pada Osman.Rhada jelas kaget dengan berita itu, pantas saja akhir-akhir ini Osman jarang mengiriminya SMS lagi. Namun Rhada tak mau berlarut-larut memikirkan berita baru itu, langsung saja dia mengambil air wudlu dan bergegas shalat.Malam bertabur bintang dan purnama bersinar penuh di atas langit Mekkah.

Kesyahduan Mekkah kali ini serasa begitu melengkapi kebahagiaan yang bersemayam di hati Mutia dan Rudi. Ya, hari ini adalah hari pernikahan Mutia dan Rudi. Semua orang yang melihatnya terlihat begitu gembira, termasuk Rhada.Tak dipungkiri Rhada bahwa dirinya juga ingin segera dipinang seorang lelaki. Terlebih lagi orangtua Rhada mendesaknya untuk segera menikah.Sungguh di luar dugaan, Yusuf juga ternyata menyimpan perasaan yang sama pada Rhada. Yusuf melamar Rhada tak berapa lama setelah pernikahan Mutia dan Rudi usai.Rhada langsung tertunduk malu dan hanya menjawab ajakan Yusuf untuk menikah dengan anggukan kepala. Mulut orangtua Rhada dan para jemaah yang sama-sama berasal dari Indonesia tak hentinya mengucap syukur karena Rhada akhirnya dilamar Yusuf.

Sepertinya peristiwa dilamarnya Rhada oleh Yusuf adalah kenangan pahit yang harus diterima oleh Hendar dan Osman. Keduanya menelepon Rhada dan mengajaknya untuk menikah. Namun Rhada sudah memantapkan hatinya untuk Yusuf. Rhada dan Yusuf akan melangsungkan pernikahan setelah kepulangan mereka dari Mekkah.

Rindu


Aku Rindu, aku yang dulu. Aku Rindu kehangatan canda tawa saudaraku seimanku, berada di komunitas itu. Aku Rindu berada di lingkaran kehangatan "Cahaya" yang sudah lama aku tinggalkan. Aku Rindu kehangatan cahaya pagi menyinari bumi. Aku Rindu akan hangatnya cinta kasih sesama. Aku Rindu kehadiran senyuman. Aku Rindu akan hadirnya matahari dalam hidupku. Hidup itu indah, hidup itu terjal dan hidup itu keras.

Aku Rindu cacian dan pujian semua orang atas apa yang aku lakukan. Aku, ya Aku dengan segala kekurangan dan kelebihan ku. Aku dengan segala kerinduan yang membuncah dan segala kerinduan itu terhampar luas bagai permadani di lapangan luas. Apakah Rindu itu? Apakah itu?

Setiap aku Rindu munajat itu, munajat dimana tiap malam aku selalu mengaliri air mata di hadapMu, yang trus mengalir membasahi aliran mata ini. Mengatakan bahwa aku bukanlah siapa-siapa dan bukan lah apa-apa. Aku hanya sebongkah Kerinduan yang terkadang siap di ambil dan terkadang siap untuk di biarkan begitu saja. Aku Sebuah Kerinduan akan adanya cahaya-cahaya itu.


Aku dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Semoga ALLAH selalu mengampuniku atas apa yang telah dilakukan, Amiin Ya Rabbal'alamiin

Note: @My Bedroom, Padang, 7 Mei 2011; sambil memandang indahnya pagi...Alhamdulillah masih bisa menikmati indahnya karunia ILLAHI....^__^

Senin, 10 Januari 2011

Kenalkanlah Hatimu


Jika kamu mengetahui bahwa cinta adalah fitrah, maka...

Seandainya harus berharap, maka berharaplah kepadaNya tentang siapa yang nanti akan dinikahi kelak

Seandainya harus mengagumi, maka belajarlah untuk mengagumi siapa yang nanti akan engkau nikahi

Seandainya harus mencintai, maka perkenalkanlah hatimu untuk mencintai siapa yang nanti akan engkau nikahi

Sehingga usahamu tidak sia-sia, karena cintamu pasti terjadi
Insya ALLAH...

Jika Hati


Jika hati itu adalah ruang
Maka ku harap hanya pemilikNya yang menempatinya

Jika hati adalah bejana
Maka ku harap rahmatlah yang mengisinya

Jika hati itu adalah selembar kertas
Maka Ku harap Kesucianlah yang menjaganya dari noda

Jika hati itu harus mendapati fitrahnya
Maka biarlah mengalir dengan keridhaanNya

Jika fitrah itu merindukan balasnya
Maka biarlah hanya dia yang berhak sajalah yang kelak membalasnya

Jika fitrah itu kehilangan dalam waktu
Maka cukuplah dia yang ku tunggu demi mengurangi kesia-siaanku dalam meleburkan potensi keindahan fitrah ini kepada yang belum berhak membalasnya

Jika fitrah itu tak mampu bersemi dalam ridhaNya
Ku berharap Semoga Rabb sampaikan fitrah itu kepada keridhaanNya

Jika fitrah itu dalam keraguan
Maka kuberharap Rabb menyegerakan mempertemuanku dengannya

Jika fitrah itu menghendaki kesucian
Maka cukup kesucianlah yang berhak menyelimutinya

Jika fitrah adalah cinta
Maka ku berharap Cinta itu lahir dalam dekapan kesucian akan sebuah Keridhaan
Menjadikan sang hati mendekat kepada Pemiliknya yang Maha Suci
Mengharap Keberkahan datang untuk meriasi fitrah ini dengan kesucian

Jika fitrah ini harus mencintai
Maka fitrah ini akan belajar untuk mencintai dia yang berhak merengkuh cinta itu dihatinya kelak
Entah kepada siapa, namun Fitrahku kepadanya lebih dahulu hadir dari perkenalanku dengannya

Namun, dalam masa penantian ini membuatku bertanya tentangnya
Tetapi, Cinta ini lebih dulu terarah kepadanya sebelum suara dan hadirnya sampai kepada penginderaan
Cinta ini telah datang mendahului waktu yang akan mempertemukan aku dengannya
Aku telah belajar mencintainya mulai saat ini, walaupun aku belum pernah mengenalnya
Sehingga Cintaku tak sia-sia karena pasti terbalas kepada dia yang berhak membalasnya...
-
Seseorang yang merindukan akan kehadiran seseorang yang akan menjadi pendamping dunia dan akhiratnya kelak, tak akan pernah rela membiarkan pasangannya itu bermaksiat kepada Rabbnya walaupun dia belum pernah meminangnya
Jaga selalu kesucianmu, karena kesucian itu akan sampai kepada hati yang berhak membalasnya

Berharaplah kesucian kepadaNya Yang Maha Suci. Semoga Dia memberikan engkau dan pasanganmu Kesucian

Ingatlah bahwa: Laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik

Keep Istiqomah dalam kebaikan

Semoga ALLAH memaafkan aku ketika aku bersalah
Allahuma Amiin

Selasa, 04 Januari 2011

Pengorbanan, Kesetiaan


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak di sinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya” sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.


Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anak mereka. “Anak-anakku ......... Jikalau perkawinan dan hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah......tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian…sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio. Kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak Suyatno bercerita;

***Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan.

Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama…dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit ***


Subhanallah...Semoga Akan Selalu ada penerus kesetiaan seperti Pak suyatno... Benar-benar menginspirasi...

Sumber artikel, dari buku:

Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 301-303. ISBN 978-6028-686-938.

Syukur Di Pagi Hari


Begitu indahnya mentari pagi kita dapati saat terjaga, kembali menghirup segarnya udara kehidupan, lalu kita pun tersenyum mendengar merdunya kicauan burung yang bernyanyi menyambut datangnya hari. Sadarilah, bahwa semua itu merupakan bagian dari nikmat-nikmat-Nya. Sungguh, tak akan mampu terhitung besarnya curahan nikmat yang telah ALLAH SWT anugerahkan kepada kita sepanjang usia yang kita jalani. Begitu banyak nikmat yang kita rasakan yang membuat hati kita terasa lega, dan bibir tersenyum bahagia.

Sesungguhnya, tiada yang patut kita perbuat atas semua pemberian itu selain mewujudkannya dalam bentuk rasa syukur kepadaNya berupa sebuah ketaatan. Bersyukur atas nikmat dan karunia ALLAH SWT, bisa dilakukan dengan tiga cara;

Syukur dalam hati, yaitu memantapkan dalam hati, bahwa apapun nikmat yang kita rasakan dan terima adalah berasal dari ALLAH SWT.


Syukur dengan lisan, yaitu dengan banyak memujiNya sambil berucap “Alhamdulillah”. Berterima kasih kepada manusia atas kebaikannya kepada kita merupakan bentuk kesyukuran kita kepada ALLAH SWT.


Syukur dalam perbuatan, yaitu dengan cara mempergunakan anggota tubuh untuk melaksanakan ketaatan serta amal ibadah kepada ALLAH SWT.


Jika ALLAH SWT mengaruniakan kita sepasang mata, maka mesti digunakan untuk melihat kebesaran ALLAH SWT serta segala sesuatu yang baik dan berguna. Jika ALLAH SWT mengaruniakan kita lisan yang sempurna, maka tidak lain hal itu dipergunakan untuk berucap sesuatu yang berguna dan bermanfaat, berkata-kata yang mengandung nasehat, ajakan kebaikan serta jauh dari hal-hal buruk dan terlarang, seperti menceritakan aib orang lain.


Sesungguhnya, wujud kesyukuran kita atas anugerah nikmat dari ALLAH SWT tidaklah cukup hanya dengan lisan, melainkan hadirnya kesadaran di dalam hati, bahwa segala nikmat yang hadir pada hakikatnya datang dari dan atas izin ALLAH SWT sehingga menggugah diri kita untuk bertekad dan berupaya menggunakan seluruh anggota tubuh yang diberikanNya untuk beribadah, yang bisa memberikan kebaikan dan maslahat untuk sesama, bukan untuk bermaksiat dan ingkar kepadaNya. Naudzubillahi mindzalik.

Wallahu a’lam